Lengkuk
tubuhku terbalut duka…keterpaksaan
Bibir
merahku tersapu rona merah kebencian..ketidakberdayaan
Rambut
hiatamku kemilau terurai dan tersibak keputusasaan
Tangan
lembutku bergandeng tanpa keikhlasan
Senyum
lembutku menyungging penghias ranjang tak berrestu…
Asing…
Dukaku
kini tertanam di sudut- sudut jalan sepi
Senyumku
terpasun g, dan tertinggal di bibir para pencicip nafsu…tak terselamatkan
Hanya
raga bersinggung penuh jilatan nafsu..
Malam…
Haruskah
aku memintamu tetap ada
Ataukah
aku harus pergi mencari siang yang…
Selalu
menghinaku saat ceceran keringatku
Sedikit
demi sedikit mengguncang emosiku…
Malam…
Pantaskah
aku meminta waktumu..
Untukku
bertasbih,
Mengharu,
Merajuk,
Meminta
belas kasih, keadilan dan secercah harap
Yang
selalu diberikan-Nya kepada
Orang-orang
yang duduk santai di kursi berputar?
Malam…
Ibadahku
asing…
Jauh…tak
tergapai..
Aku
mendengar panggilan-Mu, tapi langkahku tertahan..
Aku
melihat kitabku tertutup, tapi seolah seribu tangan menahanku,
Dan
berkata
“ Kau
tak pantas menyentuhnya,
Kau tak
pantas!”
Malam…
Aku
terlanjur tergenang khilafan..
Aku
terlanjur menyandang gelar si pendosa
Aku
terlanjur menari-nari
Bersama
kupu-kupu yang lain..
Aku
terlanjur…………………………..
Malam….
Apakah
Tuhanku
Bisa
mendengar rintihku?
Apakah
Tuhanku
Mau
mengulurkan tangan-Nya untukku,
Munajatku
Tuhan…
Lepaskan
aku Dari kegelapan ini..
Jangan
biarkan malam-malamku
Menyiksa
bathinku
Jangan
biarkan siang pergi begitu saja
Jangan
biarkan siangmu menertawakanku
Jangan
biarkan Tuhan…
Atas
nama cinta
Malam si
pendosa Suci