SELAMAT DATANG DIBLOG AHMAD BASUKI

Blog Archive

KURIKULUM 1975‎


Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang ‎melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by ‎objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD ‎Depdiknas.‎
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem ‎Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap ‎satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional ‎khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. ‎Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai ‎dari setiap kegiatan pembelajaran.‎
Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional ‎dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976 dengan catatan, bahwa bagi sekolah-‎sekolah yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu, diperkenankan ‎melaksanakannya mulai tahun 1975. ‎
•    Ciri-ciri Khusus Kurikulum 1975:‎
Kurikulum 1975 memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:‎
‎1). Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus mengetahui ‎dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap murid di dalam menyusun rencana kegiatan ‎belajar-mengajar dan membimbing murid untuk melaksanakan rencana tersebut.‎
‎2). Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti setiap pelajaran dan bidang pelajaran ‎memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang lebih akhir.‎
‎3). Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulu 1975 bukan hanya dibebankan kepada bidang ‎pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di dalam pencapaiannya, melainkan juga kepada bidang ‎pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan pendidikan agama.‎
‎4). Kurikulum 1975 menekankan pada efisiensi dan efektivitas pengguna dana, daya dan ‎waktu yang tersedia. ‎
‎5). Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang ‎dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).‎
‎6). Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi: agama, bahasa, matematika, ilmu ‎pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan , disamping Pendidikan ‎Moral Pancasila dan integrasi pelajaran-pelajaran yang sekelompok.‎
‎7). Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar-mengajar sebagai suatu ‎sistem yang meliputi komponen-komponen tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, alat ‎pembelajaran, alat evaluasi, dan metode pembelajaran.‎
‎8). Sistem Evaluasi, diakukan penialain murid-murid pada setiap akhir satuan pembelajaran ‎terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai murid-murid pada setiap akhir satuan ‎pembelajaran.‎
•    Prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum 1975‎
Dalam menyusun dan membakukan kurikulum tersebut digunakan beberapa prinsip yang ‎memungkinkan sistem pendidikan pada setiap program (SD, SMP, dan SMA) benar-benar ‎lebih efisien dan efektif. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya, yaitu:‎
‎1). Fleksibilitas program. Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program ‎harus mengingat faktor-faktor ekosistem dan kemampuan pemerintah, masyarakat, serta orang ‎tua untuk menyediakan dana bagi kelangsungan bidang studi tersebut.‎
‎2). Efisiensi dan efektivitas. Efisiensi di sini adalah efisiensi waktu, pendayagunaan dana, dan ‎tenaga secara optimal.‎
‎3). Berorientasi pada tujuan. kurikulum 1975 mempunyai empat macam tujuan, yaitu:‎
a.‎    Tujuan umum yaitu tujuan pendidikan nasional.‎
b.‎    Tujuan institusional yaitu tujuan untuk setiap lembaga tingkatan pendidikan, seperti ‎tujuan SD, SMP, dan SMA.‎
c.‎    Tujuan kurikuler yaitu tujuan untuk setiap bidang studi.‎
d.‎    Tujuan instruksional yaitu tujuan setiap pokok bahasan.‎
‎4). Kontinuitas. Sekolah dasar dan sekolah menengah (pertama, atas) adalah sekolah-sekolah ‎umum yang masing-masing fungsinya dinyatakan dalam tujuan institusional. Namun, ‎kurikulum satu jenjang pendidikan dengan yang di atasnya berhubungan secara hirearkis. ‎Oleh karena itu, dalam menyusun kurikulum ketiga jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu ‎dihubungkan secara hirearkis dan fungsional.‎
‎5). Pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diterima anak di sekolah memberikan dasar ‎atau bekal untuk belajar seumur hidup, sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan ‎pengetahuan, keterampilan serta mengembangkan potensi-potensi sesuai dengan kebutuhan ‎kehidupannya.‎
•    Kelebihan kurikulum 1975‎
‎1). Berorientasi pada tujuan.‎
‎2) .Mengarah pembentukan tingkah laku siswa.‎
‎3). Relevans dengan kebutuhan masyarakat.‎
‎4). Menggunakan pendekatan psikolog.‎
‎5). Menekankan efektivitas dan efisiensi.‎
‎6). Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor- faktor ekosistem dan ‎kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.‎
‎7). Prinsip berkesinambungan.‎
•    Kelemahan kurikulum 1975‎
‎1). Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan ‎kemampuan anak didik
‎2). Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah. ‎
‎3). Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.‎
‎4).Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.‎
‎5). Pada kurikulum ini  menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara sentralistik, ‎sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah.‎
‎6). Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang ‎mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte menonjol ‎digunakan oleh para guru
‎7). Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum yang ‎menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas.‎