Blog Archive
KURIKULUM 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976 dengan catatan, bahwa bagi sekolah-sekolah yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu, diperkenankan melaksanakannya mulai tahun 1975.
• Ciri-ciri Khusus Kurikulum 1975:
Kurikulum 1975 memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:
1). Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus mengetahui dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap murid di dalam menyusun rencana kegiatan belajar-mengajar dan membimbing murid untuk melaksanakan rencana tersebut.
2). Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti setiap pelajaran dan bidang pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang lebih akhir.
3). Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulu 1975 bukan hanya dibebankan kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di dalam pencapaiannya, melainkan juga kepada bidang pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan pendidikan agama.
4). Kurikulum 1975 menekankan pada efisiensi dan efektivitas pengguna dana, daya dan waktu yang tersedia.
5). Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
6). Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi: agama, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan , disamping Pendidikan Moral Pancasila dan integrasi pelajaran-pelajaran yang sekelompok.
7). Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar-mengajar sebagai suatu sistem yang meliputi komponen-komponen tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, alat pembelajaran, alat evaluasi, dan metode pembelajaran.
8). Sistem Evaluasi, diakukan penialain murid-murid pada setiap akhir satuan pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai murid-murid pada setiap akhir satuan pembelajaran.
• Prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum 1975
Dalam menyusun dan membakukan kurikulum tersebut digunakan beberapa prinsip yang memungkinkan sistem pendidikan pada setiap program (SD, SMP, dan SMA) benar-benar lebih efisien dan efektif. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya, yaitu:
1). Fleksibilitas program. Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program harus mengingat faktor-faktor ekosistem dan kemampuan pemerintah, masyarakat, serta orang tua untuk menyediakan dana bagi kelangsungan bidang studi tersebut.
2). Efisiensi dan efektivitas. Efisiensi di sini adalah efisiensi waktu, pendayagunaan dana, dan tenaga secara optimal.
3). Berorientasi pada tujuan. kurikulum 1975 mempunyai empat macam tujuan, yaitu:
a. Tujuan umum yaitu tujuan pendidikan nasional.
b. Tujuan institusional yaitu tujuan untuk setiap lembaga tingkatan pendidikan, seperti tujuan SD, SMP, dan SMA.
c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan untuk setiap bidang studi.
d. Tujuan instruksional yaitu tujuan setiap pokok bahasan.
4). Kontinuitas. Sekolah dasar dan sekolah menengah (pertama, atas) adalah sekolah-sekolah umum yang masing-masing fungsinya dinyatakan dalam tujuan institusional. Namun, kurikulum satu jenjang pendidikan dengan yang di atasnya berhubungan secara hirearkis. Oleh karena itu, dalam menyusun kurikulum ketiga jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu dihubungkan secara hirearkis dan fungsional.
5). Pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diterima anak di sekolah memberikan dasar atau bekal untuk belajar seumur hidup, sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta mengembangkan potensi-potensi sesuai dengan kebutuhan kehidupannya.
• Kelebihan kurikulum 1975
1). Berorientasi pada tujuan.
2) .Mengarah pembentukan tingkah laku siswa.
3). Relevans dengan kebutuhan masyarakat.
4). Menggunakan pendekatan psikolog.
5). Menekankan efektivitas dan efisiensi.
6). Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor- faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.
7). Prinsip berkesinambungan.
• Kelemahan kurikulum 1975
1). Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
2). Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
3). Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
4).Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
5). Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah.
6). Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte menonjol digunakan oleh para guru
7). Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas.