I. PENDAHULUAN
Jawa merupakan sebuah pulau dan suku yang terdapat di Indonesia, yang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan lain-lain dan setiap daerah mempunyai karakter budaya yang berbeda-beda. Masyarakat Jawa dipercaya memiliki kebudayaan khas dan berhubungan masyarakat Jawa menunjuk pada orang-orang yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-orang yang menjujung tinggi sifat-sifat luhur dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Dalam konteks Indonesia kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan lokal yang berpengaruh penting karena memiliki arti yang penting bagi masyarakat Jawa karena mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam dengan demikian hubungan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Jawa menjadi menarik karena keberadaan Islam.
Proses Islamisasi di Jawa yang dimotori oleh kaum sufi, telah membawa perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Salah satu karakteristik orang Jawa adalah kebiasaan hidup dalam suasana mistis, mistik sebagai sikap hidup, pola piker dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (Al-Payami, 1992:113). Dengan demikian kedatangan agama Islam yang membawa ajaran esoteric, mengajarkan mistik, tidak membuat masyarakat Jawa kaget dan gumun. Di sini terjadi pergumulan mistik Islam dengan mistik Jawa. Pada dasarnya bertemunya dua ajaran yang memiliki dasar dan ajaran berbeda. Bertemu dalam satu medium, terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain, yang akhirnya sama-sama menjadi sikap dan falsafah hidup.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian Islam, Kebudayaan Jawa
B. Ciri-ciri Orang Jawa
C. Tujuan Mempelajari IBJ
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa
1. Pengertian Islam
Islam Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk Aslama-Yuslimu-Islaman yang artinya pasrah, tunduk. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya . Rasulullah SAW banyak menamakan beberapa perkara dengan sebutan Islam, misalnya: taslimu qalbi (penyerahan hati), salamatunnas minal lisan wal yad (tidak menyakiti oranglain dengan lisan dan tangan). Semua perkara ini disebut Rasulullah sebagai Islam, mengandung arti penyerahan diri, ketundukan dan kepatuhan yang nyata . Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang Islam, sebagaimana berikut:
الإسلامُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَ تُحِجَّ الْبَيْتَ
Artinya: “Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat yang diwajibkan, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah” (HR. Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab Su’alu Jibril ‘an Nabi SAW ‘anil Iman wa Islam wa Ikhsan, no.50).
Harun Nasution dalam bukunya Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya menyebutkan, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Dalam KBBI disebutkan bahwa Islam adalah agama yg diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. berpedoman pada kitab suci Alquran yg diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT .
Islam lahir di Makkah, ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul (utusan) Tuhan untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Islam sebagai agama adalah wahyu Allah yang ajarannya berisi perintah, larangan dan petunjuk untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Setelah dipimpin oleh Nabi langsung dan di teruskan oleh sahabat-sahabatnya yang di juluki Khulafaur-Rasyidin, Islam mulai berkembang pesat akibat ekspansi yang dilakukan oleh daulah Islam setelahnya, seperti Bani Abbasiyah dan Umayyah. Ajaran Islam kemudian menyebar ke daerah–daerah luar jazirah Arab. Maka segera bertemu dengan berbagai peradaban dan budaya lokal yang sudah mengakar selama berabad–abad. Negeri-negeri yang sudah di datangi Islam seperti Mesir, Siria dan Negara Jazirah yang lain sudah lama mengenal filsafat Yunani, ajaran Hindu Budha, Majusi, dan Nasrani. Dengan demikian Islam yang tersebar senantiasa mengalami penyesuaian dengan lingkungan dan peradaban dan kebudayaan setempat, begitu pula yang terjadi di tanah Jawa.
Islam dengan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah agama universal, ajarannya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan yang meliputi keimanan dan peribadatan, serta mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan lingkungannya yang disebut mu’amalah .
Adapun ciri-ciri Islam dapat dilihat dalam berbagai konsep yang dibawanya, yakni:
Pertama, Konsep teologi Islam yang di dasarkan pada prinsip tauhid sebagai konsep monotheisme dengan kadar paling tinggi. Konsep tauhid ini melahirkan wawasan kesatuan moral, kesatuan sosial, kesatuan ritual bahkan malah memberikan kesatuan identitas kultular.
Kedua, Konsep kedudukan manusia, dalam hubunganya dengan tuhan (hablum minallah), hubunganya dengan sesama manusia (hablum minannas), bahkan sesama makhluk, juga hubunganya dengan alam semesta. Hubungan-hubungan tersebut berada dalam jaringan kerja peribadatan dan kekhilafahan,yaitu fungsi ibadah dan fungsi khilafah.
Ketiga, konsep keilmuan sebagai bagian integratif dari kehidupan manusia. Wahyu perdana dari Al-Qur’an di samping membuat deklarasi kholaqol insan (Dia telah menciptakan manusia) juga mendeklarasikan alamal insan (Dia mengajarkan kepada manusia). Manusia ini selain di ciptakan oleh Allah,juga di beri kecerdasan ilmiah. Konsep ini ada kaitanya dengan janji Allah tentang Taskhiru ma fis samawati wa ma fil ardhi (apa yang ada di langit dan di bumi di peruntukan bagi manusia)
Keempat, Konsep ibadah dalam Islam. Disamping menyentuh aspek-aspek ritual, juga menyentuh aspek-aspek sosial dan juga aspek kultural .
2. Pengertian Kebudayaan Jawa dan Batasan Wilayahnya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya diartikan pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia spt kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sbg makhluk sosial yg digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yg menjadi pedoman tingkah lakunya .
Menurut Koentjaraningrat (1980), kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi. Sehingga di bedakan antara budaya yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, rasa, karsa, dengan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, rasa, karsa .
Sedangkan menurut Clyde Kluchohn, kebudayaan adalah suatu sistem menyeluruh yang terbentuk oleh sejarah meliputi kehidupan manusia yang cenderung mempengaruhi pola hidup suatu kelompok .
Selanjutnya menurut konsep konsep B.Malinowske, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal yakni :
a. Bahasa
b. Sistem Teknologi
c. Sistem mata pencaharia (ekonomi)
d. Organisasi sosial
e. Sistem pengetahuan
f. Religi
g. Kesenian .
Kebudayaan Jawa adalah kebudayaan masyarakat asli Jawa yang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya budaya asli Jawa ini bertumpu dari religi animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam religi animisme dan dinamisme bahwa dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib .
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulkan bahwa kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Menurut R. Wordward ciri Islam Jawa adalah kecepatan dan kedalamannya mempenetrasi masyarakat Hindu-Budha yang paling maju (sopheisticated). Hal ini dapat dilihat dari muatan karya sastra yang berpatronase dengan keraton seperti serat salokajiwa karya Ranggawarsita dan serat centhini karya Pakubuwana V dan nilai-nilai sufisme; ritual sekatenan dikorelasikan dengan rekonstruksi sejarah islam jawa; ajaran-ajaran Islam dalam pewayangan, dan penekanan bentuk keberagaman yang mengedepankan kesalehan praktis pada masyarakat jawa.
B. Ciri-ciri Orang Jawa
Dalam antropologi budaya dikenal beragam suku dan budaya, salah satunya masyarakat atau suku Jawa. Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan ragam dialeknya secara turun-menurun. Suku bangsa Jawa adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut. Secara geografis suku bangsa Jawa mendiami tanah Jawa yang meliputi: Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Sedangkan di luar itu, dinamakan pesisir dan ujung timur. Surakarta dan Yogyakarta yang merupakan dua bekas kerajaan Mataram pada sekitar abad ke-XVI adalah pusat dari kebudayaan Jawa. Keduanya adalah tempat kerajaan terakhir dari pemerintahan Raja-raja Jawa.
Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negara Indonesia. Suku Jawa hidup dalam lingkup budaya yang sangat kental, yang mereka gunakan dalam berbagai kegiatan masyarakat, bahkan mulai dari kehamilan sampai kematian. Menurut Sujamto, 1997 budaya Jawa memiki empat ciri-ciri utama, yaitu;
a. Religius
Sebelum agama-agama besar masuk ke Jawa, masyarakat Jawa sudah mempercayai kepercayaan adanya tuhan yang melindungi mereka, dan keberagaman agama itu semakin berkualitas dengan masuknya agama besar, seperti: Hindu, Budha Islam dan Kristen, yang menjadikan masyarakat Jawa mempunyai toleransi keagamaan yang besar.
b. Non doktriner
Artinya budaya Jawa itu luwes (fleksibel), karena sejak zaman dahulu masyarakat Jawa berpendapat bahwa perbedaan agama yang masuk sebenarnya hanya berbeda caranya saja, untuk menuju pada tercapainya satu tujuan yang sama.
c. Toleran
Masyarakat Jawa selalu mengutamakan gotong royong, selain itu juga bisa menerima perbedaan pendapat dan menghormati pendapat orang lain.
d. Akomodatif
Kebudayaan Jawa selain penuh dengan pelajaran-pelajaran mengenai budi pekerti luhur juga mau menerima masuknya budaya asing yang masuk yang sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dari ciri-ciri budaya Jawa diatas, memberikan corak, sifat dan kecenderungan yang khas bagi orang Jawa yang antara lain adalah:
1. Masyarakat Jawa identik dengan berbagai sikap sopan, segan, menyembunyikan perasaan alias tidak suka to the poin.
2. Menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek yang diajak berbicara. Hal ini bisa terlihat dengan adanya strata (tingkatan) bahasa dalam suku jawa.
3. Suku Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan. Menampik tawaran dengan halus demi sebuah etika dan sopan santun sikap yang dijaga.
4. Narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu saja.
5. Ciri khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong royong atau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebih kentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawa di mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka.
6. Dan, yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yang menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksi antar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala kata dan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain. Mereka begitu menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangat dijunjung sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lain atau dirinya mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan dan perbuatan yang dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), harga badan dari pakaian
C. Tujuan Mempelajari IBJ
Dalam nilai kearifan warisan budaya Jawa yang diajarkan kepada kita menuntut untuk pengkajian dan pemahaman akan budaya yang selama ini kita jalankan. Adapun tujuannya antara lain:
a. Mengetahui bagaimana Islam yang ada di Jawa.
b. Mengetahui isi kandungan ajaran Islam yang terdapat dalam budaya Jawa.
c. Mengetahui pesan-pesan moral yang terkandung dalam kebudayaan jawa
d. Menumbuhkan sikap arif dalam menyikapi berbagai jenis kebudayaan Jawa dan keberagaman ritual keagamaannya .
e. Memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan.
f. Mengetahui hal-hal yang ada dalam sejarah masyarakat Jawa dan kebudayaan yang dibangunnya, serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap ajaran Islam yang sudah sejak lama mendiami dan berasimilasi satu sama lain
g. Menumbuhkan spiritualisme, mendorong masyarakat untuk mengimbangi derasnya arus konsumerisme budaya tersebut dalam era globalisasi melalui peningkatan pendidikan dan keimanan