Pada zaman globalisasi sekarang ini, peranan negatif anak remaja dalam
lingkungan pelajar semakin populer di
dengar telinga. Mungkinkah itu sebagai
akibat dari globalisasi ?. Sebenarnya kemajuan teknologi canggih pada
dewasa ini merupakan suatu hal yang sangat lazim terjadi.Namun banyak dari
kalangan pelajar remaja menyikapinya dengan cara yang berbeda beda pula. Ada
yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana untuk
menambah wawasan, mencari pengetahuan di dunia luar, membangun sikap untuk
ingin tahu dan banyak pula yang menggunakannya menyimpang dari Undang Undang
No.11tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik BAB VII pasal
27. Hal Ini dapat menjadikan faktor
pemula terjangkitnya kenakalan remaja.
Kenakalan pelajar yang kita pahami bersama lebih identik pada hal hal yang
menjurus kepada perlakuan seksual, sebenarnya bukan hanya itu saja yang
termasuk dalam kategori kenakalan pelajar, seperti tawuran antar pelajar, BALI
(balapan liar) juga termasuk kedalam penggolongannya.
Sebab sebab kenakalan pelajar
Sangat mustahil mungkin ditelinga,jika hal
baru muncul dan memasyarakatkan masyarakat, tanpa ada satu sebab. Kenakalan
remaja dianggap hal baru walaupun itu sudah lamanya terjadi. Sejenak mari kita
lihat kembali lensa kehidupan remaja pra kemerdekaan, untuk menjelaskan
pertanyaan mengapa kenakalan remaja dianggap hal yang baru.
Pada zaman itu(sebelum Indonesia merdeka) seluruh lapisan masyarakat mulai dari pejabat kampung
hingga masyarakatnya mengalami penderitaan yang amat sangat berat hingga datang
sekarat. Hal itu terbukti ketika adanya kerja paksa pada zaman Belanda dan
kerja rodi diwaktu zaman Jepang, masyarakat Hindia Belanda di perkerjakan tanpa
upah dalam pembangunan jalan raya dari Anyer sampai Panarukan.
Ketika itu pemuda dan remaja yang tersisa
berusaha menggalang kekuatan dan persatuan demi menyelamatkan bangsa dari
bahaya ancaman penjajah. Lain halnya di waktu sekarang, banyak diantara remaja
bangsa kita, bukannya mempersiapkan diri untuk ikut serta membangun masyarakat
untuk bangsa, justru mencemarkan nama baik masyarakat bangsa untuk dunia,
dengan dibuktikan tindakannya yang semakin brutal, misalnya membentuk geng,
penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar dan main perempuan. Mengapa semua
itu dapat mencemarkan nama baik bangsa ? karena dimata dunia penduduk Indonesia
merupakan sebagian besar beragama Islam,jika hal ini dinodai dengan kenakalan
pelajar seperti diatas, apa gunanya predikat bangsa Sebenarnya apa maksud mereka melakukan hal
demikian dan apa sebabnya, inilah yang menjadikan kenakalan remaja sebagai hal
yang baru, karena berbeda dengan keadaan remaja pada masa pra kemerdekaan. Jika
hal ini terus berlanjut, logikanya martabat bangsa akan menurun dimata dunia.
Allah swt, telah membekali manusia dengan
akal, pikiran dan nafsu sebagai nilai lebih dari mahkluk Allah yang lain, dan
sebagai sistem pengendali perilaku manusia.
1. Akal
Dalam bahasa Arab yaitu al ‘aqlu yang
berarti al-hijr (menahan). Disebut al-‘aqlu (akal) karena akal mengikat pemiliknya dari
kehancuran;sebagai pembeda karena dialah yang membedakan dengan semua hewan.
Maka orang yang berakal (‘aqil) adalah orang yang dapat menahan
amarahnya dan mengendalikan hawa nafsunya, karena dapat mengambil sikap dan tindakan yang bijaksana
dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapinya.
Sesungguhnya pengertian yang jelas tentang
akal terdapat pada filosof islam. Akal oleh mereka diartikan sebagai salah satu
daya jiwa (an-nafs atau ar-ruh) yang terdapat pada diri manusia, Alkindi dan
Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa pada jiwa manusia terdapat tiga daya; daya
nafsu, yang berada di perut, daya berani,yang ada di dada, dan daya berpikir,yang
berpusat dikepala.
Akal dalam Islam tidaklah otak, tetapi daya
berpikir yang ada pada jiwa manusia; daya yang digambarkan dalam Al qur’an, memperoleh
pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Maka dari itu segala hal yang
berbau negatif bila tidak dicerna secara baik oleh akal mengenai sebab dan
akibatnya yang akan ditimbulkan, orang tersebut mempunyai dorongan besar untuk
berlaku jahat atau menyimpang dari norma norma kehidupan.
2. Pikiran
Pikiran merupakan lebih identik dengan otak,
karena memang fungsinya sebagai memikirkan, dan mempertimbangkan perbuatan manusia
yang akan diperbuatnya, apakah perbuatan itu baik ataukah tidak. Secara
biologis timbulnya suatu tindakan baik ataukah buruk manusia dipengaruhi oleh
rangsangan yang di tangkap oleh pancaindra, yang dimulai dari rangsangan yang
berasal dari lingkungan,lalu diterima oleh reseptor (panca indra),kemudian
diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak melalui dendrit dan otak memerintah
syaraf motorik melalui neuritnya menuju otot atau kelenjar untuk melakukan
tindakan sesuai dengan yang di perintahkan oleh otak. Jika otak memerintah
syaraf motorik untuk melakukan tindakan negatif tanpa adanya pertimbangan dan
filterisasi dari agama, maka akan sangatlah mudah untuk dilakukan anggota
tubuh, karena tiada beban untuk memikirkan kejadian selanjutnya akibat dari
perbuatan negatif tersebut.
3. Nafsu
Jika kita dengar kata nafsu dalam rangkaian
kata’orang itu nafsunya sedang menghujat’, pasti kita menangkap nafsu sebagai
sesuatu hal yang buruk. Padahal pembagian nafsu sendiri ada tiga macamnya,
namun yang paling sulit kita lawan adalah nafsu lawamah, diantara nafsu amarah
dan muthmainnah, tetapi nafsu muthmainnah bukan untuk kita lawan melainkan
untuk kita laksanakan karena itu anugerah dari Allah swt. Orang orang yang
mengetahui tentang rahasia Allah yang disisipkan dalam perintah-perintah-Nya, seperti sholat, zakat, puasa, dan ibadah mahdhoh lainnya, pasti ia
mempunyai kecenderungan untuk bernafsu muthmainnah. Karena ia merindukan
manisnya dekat dengan sang khaaliq. Lain halnya dengan orang yang jauh dari
agama Islam apalagi tidak kenal dengan Islam padahal dirinya muslim, maka
presentase nafsu muthmainnah dalam dirinya dikucilkan oleh nafsu lawamah dan
amarah. Hal ini tampak dengan jelas bagi mereka yang telah terkontaminasi
dengan kedua nafsu tersebut merasa gelisah,putus asa dan menyesal perbuatan buruknya. Dari sinilah, firman Allah swt yang artinya”ketahuilah hanya dengan
berdzikir( ingat kepada Allah) maka hati akan merasa tenang.”telah
terbukti.
Setidaknya tiga hal diataslah yang memengaruhi semua
tindakan manusia yang berasal dari dalam dirinya, namun ada juga yang berasal
dari pengaruh lingkungan, teman sebaya, lemahnya pengendalian sosial dan tidak
adanya orientasi nilai sosial dalam diri remaja, juga menjadi salah satu faktor
terkuat timbulnya kenakalan pelajar dan remaja.
Orientasi nilai sosial menurut Koentjaraningrat mengutip dari Clyde
Kluckhohn meliputi ;
1. Nilai tentang hakikat hidup, jika seseorang
memiliki pandangan baik tentang hidup, maka ia akan hidup dengan baik,
begitupun sebaliknya.
2. Nilai tentang hakikat karya, nilai ini dapat
memberi arah untuk berkarya, apakah karya itu untuk hidup, kedudukan, atau
kehormatan.
3. Nilai tentang kedudukan manusia dalam ruang
dan waktu, nilai ini memberi arah apakah kehidupan harus berorientasi pada masa
lampau, sekarang atau masa yang akan datang.
4. Nilai tentang hubungan manusia dengan alam
sekitar, misalnya ada yang berusaha selaras dengan alam, dan adajuga yang harus
menundukkan alam.
5. Nilai tentang hubungan manusia dengan sesama,
sebagai contoh nilai kerukunan, gotong royong, dan kemanusiaan.